de'Sagoo dan Reggae Musik Papua
Grup Band Muda berbakat yang dibetengi oleh beberapa musisi Papua ini terbentuk oleh inisiatif kolaborasi sejumlah band di Papua dengan pengalaman bermusik masing-masing lebih dari
10 tahun di Tanah Kelahirannya
Album Cover |
influens
Kendati datang dari berlainan grup, de’Sagoo
bersenyawa dalam aliran musiknya dengan influence
311, No Doubt, UB40, John Mayer dan Jack Johnson membuat de’Sagoo suguhkan genre
Universal Reggae (Rock Steady,
Reggae, Groove and Fusion Funk). Karena sering berkumpul dan berlatih bersama lalu bersepakat
untuk bermain dalam satu nama
de’Sagoo.
Keanekaragaman referensi yang dimiliki de’Sagoo membawa warna
baru dalam aliran musik di Tanah Papua dan region sekitarnya..
Latarbelakang Sejarah
Perkembangan musik Papua membuat de’Sagoo memilih alur Rock
Steady, Reggae, Groove dan Fusion Funk dengan tujuan memperkaya warna
bermusik orang Papua sehingga bisa turut dalam kancah musik dunia dengan suguhan
originalitas ciptaan lagu-lagu de’Sagoo
Mengapa Alur Musik tersebut menjadi pilihan?
Karena jika pernah grup-grup legendaris Papua yang sudah
membawamusik tradisional murni, yaitu Mambesak, lalu ada pula Black Brothers
yang memperkenalkan musik ciptaannya sendiri, mereka berjaya bukan saja di Tanah Papua tetapi juga sempat
merajai dunia musik di region tetangga, Indonesia, bersanding dengan Koes Plus
yang jaya pada masanya bahkan sampai di Pasifik, kemudian ada Abreso yang
mendaur ulang lagu-lagu tradisional dalam arrangement
baru mereka, maka secara teknis
de’Sagoo
menetapkan pilihan itu untuk memperkenalkan musik
originalnya dengan nuansa yang lebih universal itulah sebabnya sebagian besar
lagu-lagu de’Sagoo berbahasa
Inggris, dalam
kaitannya dengan pemberdayaan pemuda, dan pengembangan seni musik, maka kami coba satukan visi,
serta mempertajam konsep dalam bermusik.
nuansa musik de’Sagoo
Musik
reggae adalah hasil kolaborasi musik mento, calipso, ska, dan rocksteady, yang
berasal dari seputaran kepulauan Karibia, dan sebagian besar benua Afrika.
Kolaborasi musik ini pertama kali diperkenalkan pada penikmat musik dunia oleh
Bob Marley and The Wailers, dengan memberikan sentuhan musik Blues yang kental pada improvisasi lead guitar-nya.
de’Sagoo melihat grup band ini banyak
menyoroti realitas kehidupan orang kulit hitam,
dan pesan religius, yang tertuang dalam lagu-lagu mereka.
Apa yang dilakukan oleh grup
band ini, akhirnya mendapat simpati dan menjadi legenda dalam peta perkembangan
musik dunia.Di dunia musik Reggae, musik yang diusung oleh Bob Marley and The Wailers ini dikategorikan sebagai Reggae Roots, artinya musik reggae murni (pure reggae), yang belum digabungkan dengan jenis musik yang lain.
Dalam perkembangannya, setelah musik reggae ini digabungkan dengan Rap, jadilah musik Dub dan Dancehall, seperti yang dibawakan oleh Buju Banton, Aswad, dan yang sekarang ini sedang digemari oleh generasi muda di Indonesia, adalah kelompok Souljah. Di samping grup regggae tersebut di atas, ada lagi grup reggae lain yang berhasil menggabungkan musik reggae ini dengan beberapa aliran musik, dan akhirnya menjadi trade mark grup tersebut, sebut saja, O’yaba, sukses menggabungkan musik gospel dengan reggae, UB 40 mengawinkan musik reggae dengan pop kreatif, dengan berani mengeksplorasikan sound-sound unik dan aneh dalam setiap karya mereka, Maxi Priest, Big Mountain dan Third World berhasil menggabungkan Jazz, dan Musik Latin (American Traditional) dengan musik reggae, Lucky Dube, sukses mengawinkan musik reggae dengan musik Tradisional Afrika, dan masih banyak grup reggae lain yang melakukan kolaborasi musik reggae.
konsep
bermusik & trade mark
Haruslah
diakui, bahwa untuk mewujudkan hal tersebut di atas, bukanlah hal yang mudah,
mengingat pluralitas masyarakat juga ikut mempengaruhi taste dari masing –masing individu, penikmat musik. Di samping itu
paradigma umum yang berlaku di masyarakat merupakan tantangan terberat bagi de’Sagoo untuk
melangkah selama hampir satu dasa warsa ini.Publik di Papua belum bisa membedakan konsep the real band dan konsep band penghibur dengan baik. Konsep the real band adalah band yang memiliki karakter, dan warna yang jelas dalam bermusik , karena produktif, dan kreatif dalam menciptakan musik dan lagu-lagu mereka sendiri. Sedangkan konsep band penghibur adalah konsep sebuah band yang hadir hanya untuk menghibur publik sesuai dengan selera, publik pada saat itu, sehingga band berkonsep ini, tidak lagi memiliki karakter dan aliran yang jelas dalam bermusik.
Harus diakui bahwa di sinilah titik stagnasi dalam berkreasi bagi grup-grup band di Papua dalam berkarya, karena ciri-ciri sebuah band yang nantinya memiliki prospek ke depan adalah band yang berkarakter, dan mempunyai warna musik yang jelas. Hal ini berlaku pula bagi de’Sagoo sebagai sebuah Reggae Band, dengan influence Rock Steady, Groove dan Fusion Funk, dengan mencoba memainkan musik-musik dari The Wailers, UB 40, O’yaba, Lucky Dube, dll, de’Sagoo tetap akan mencari warna atau trade mark sendiri, dalam bermusik tanpa menghilangkan jati diri sebagai sebuah grup band yang beraliran reggae.
Visi dan Misi
Prinsipnya Reggae adalah musik yang berasal dan berkembang di daerah
kepulauan (Karribia, Bahama, dll) kami sebagai
“orang pulau” merasa bahwa musik jenis ini, pasti bisa diterima oleh masyarakat
di Papua, karena musiknya yang sangat simpel, serta kekuatan lirik- liriknya,
yang sering bercerita tentang, keindahan alam, persatuan dan perdamaian, serta
cinta, merupakan tema sentral, dalam setiap perbincangan masyarakat di Papua
pada umumnya. Orang di Papua
sangat merindukan semua hal tersebut terjadi kembali di atas tanahnya. Fenomena yang
sedang terjadi, alam kita telah dirusak. Hutan-hutan ditebang, sungai-sungai
dicemari, keindahan alam kita hanya tinggal cerita. Konflik yang sering terjadi
di Papua, menimbulkan rasa cemas, dan ketakutan yang berkepanjangan di
masyarakat. Maka de’Sagoo lewat misi bermusik mengajak semua
pihan untuk wujudkan Papua,
yang aman, damai, dan lestari
serta menghindari permusuhan, mepupuk terus
persatuan dan persaudaraan, sebarkan cinta, karena hanya
cintalah yang mampu mempersatukan berbagai macam perbedaan. Visi de’Sagoo adalah mengglobalkan Talenta Musikus dan
Khasana Budaya Papua.
de’Sagoo digawangi 5
personil dengan Boi ‘B’ Erari
sebagai vocalist,‘Djenggo’
Nuburi the
bassist, Herruw ‘the beatman’ on
drums
dan Israil ‘Jezreel’ Ondi sang
gitaris, sementara jari-jari Donny ‘247’ Repasi memainkan keyboard. Kaya dengan
kreativitas dan spirit untuk mencipta, de’Sagoo siap
menghadirkan kesegaran di ruang dengar Anda!
de’Sagoo hari ini
Sementara
ini dalam
proses pembuatan Album Perdana dengan beberapa
lagu seperti Ludee, Stay by Me, The
Facebook, Lama-lama Bisa-bisa, Papuan Queen, Jayapura. Lagu-lagu ini direncanakan akan di-released tahun ini. Selain itu de’Sagoo juga mempersiapkan diri untuk pengembangan
band dan manajemennya melalui beberapa program bertahap yang di persiapkan
berkesinambungan, diantaranya Program Jangka Pendek: Melegalisasi lagu-lagu ciptaan
(Daftar Hak Cipta), Recording dan Launching Album Perdana (Show Keliling Papua),
Masuk Management Toni Q
Rastafara (Lengkapi Prosedural), mengikuti event
akbar Reggae Fest Indonesia di Jakarta Desember 2011 mewakili Papua, melakukan
penawaran Jasa Hiburan dalam rangka pengembangan de’Sagoo
management. Lalu Program Jangka Menengah meliputi Recording Album Kedua dan
seterusnya serta Pembuatan Rental Studio Musik yang akan menjadi bekal
pelaksanaan Program Jangka Panjang yaitu Pembuatan Recording Studio Music dan
PH (Production House), Konser Terbuka, Produksi dan Recording Label
dan Music Study Plan (Sekolah
Musik) yang bertujuan untuk melegitimasi skill
dan kompetensi bermusik . Sehingga talenta bermusik itu dapat dijadikan
kekayaan profesional yang dapat diwariskan pada generasi penerus.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, de’Sagoo sebagai sebuah grup band berkonsep the real band, akan mencoba memberikan sesuatu yang baru dan berbeda, bagi perkembangan seni musik di Papua.
Kontak Management:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar